Atelir Ceremai menyambut baik kedatangan di Jakarta dan hajat Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes yang ingin berbagi lewat karya mereka yang terbaru. Lewat kurator Sastra Atelir Ceremai, acara ini menjadi program BAKAR #6. Kolaborasi ini sangat disambut baik oleh kedua penulis tersebut yang sebelumnya menulis buku secara bersama-sama. Diskusi santai mengenai buku baru mereka yang berjudul Selamat Datang, Bulan yang ditulis oleh Theoresia Rumthe dan Bahaya-bahaya yang Indah oleh Weslly Johannes disambut baik oleh para penggemar mereka.
Weslly dan Theo, memang merencanakan beberapa jam sebelum acara dimulai telah hadir terlebih dahulu. Untuk sampai di Atelir Ceremai, mereka sempat nyasar dan berputar-putar berulang kali. Ternyata membagikan lokasi lewat Whatsapp tidak sebenarnya menjawab. Sampai harus dijemput dengan dua motor matic. Seketika sampai di Atelir Ceremai, mereka langsung menarik napas dan menceritakan perjalanan kepada kepala toko yang menyambut kedatangan mereka. Menjamu mereka dengan menawarkan minuman favorit para ateliran ketika sedang lelah-lelahnya, tak ada kata lain selain setuju. Ketika itu tak lama mereka mengeluarkan mesin tik dan mulai menawarkan kepada para pengunjung yang sudah lebih dulu datang untuk dibuatkan puisi dari nama pengunjung dengan kertas kuning berukuran kecil, ibadah ini lebih dulu dilakukan oleh Theo. Sementara Weslly menikmati kursi Atelir Ceremai: tidur.
Setiap ateliran yang datang mereka selalu tampak senang dan menyambut mereka dengan sapaan yang ramah dan tentu saja bersahaja. Tak perlu menunggu lama, para penggemar sudah hadir dan duduk di bangku yang sudah disediakan, memang lebih didominasi oleh para wanita.
Mayesharieni membuka acara diskusi malam itu. Sebagai pembaca karya-karya Theo dan Weslly, Mayesharieni tampak akrab dan bahagia bertemu degan mereka. Walaupun sebenarnya ia sangat grogi bila ramai.
Masing-masing Theo dan Weslly saling membicarakan karya-karya mereka. Ateliran tampak menikmati berlangsungnya acara. Di luar ruangan, dua orang laki-laki duduk di depan meja yang sudah ditumpuki dengan buku-buku Theoresia dan Weslly yang telah terbit. Mereka tak ragu, pasti akan banyak yang membelinya. Theo dan Weslly membacakan puisi dari buku mereka yang baru terbit tersebut. Setelah itu, musikalisasi puisi yang mereka bawakan tampak familiar di telinga ateliran. Alhasil mereka berhasil membuahkan air mata pada beberapa ateliran. Jejak mereka di Atelir Ceremai terekam di gawai para ateliran yang betah memvideokan mereka. Setelah acara selesai, mereka diburu oleh buku-buku yang mesti ditandatangani ditambah dengan kata-kata puitis.