Ja'far Subhi Nama ini mungkin asing bagi kamu-kamu yang masih terjebak playlist top 40 dari radio ternama di blantika musik Indonesia. Sticktiga namanya.
Band kelahiran Jakarta Timur yang memulai perjalanan musiknya di awal 2018 ini baru saja merilis sebuah album yang bertajuk “Volume 1”.
Buat saya, seorang muda kelahiran 1994 tentu akan menemukan aura nostalgia dari karya mereka. Salah seorang personel Sticktiga, Keceng (gitaris) dan Elsa (vokalis) mengakui adanya influence dari grup musik Paramore. Namun, bagi saya, Sticktiga jelas menyajikan kemmbali kesegaran musik yang pernah dibawakan grup musik Potret.
Pada penampilannya pekan lalu, Sticktiga membawakan 3 tembang lagu dari album perdana mereka di Atelir Ceremai.
Sekali lagi, aura nostalgia datang dari nuansa musik yang Sticktiga bawakan, dipertebal dengan vokal cakap dari Elsa.
Malam itu, Rawamangun juga diramaikan oleh pegiat Unit Kesenian Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta. Di sini, saya merasa di ajak kembali bernostalgia dengan mereka. Bersama di antara keriuhan dan gelak tawa teman-teman mahasiswa UNJ dan para pendengan Sticktiga.
Program SESUAI PROTOKOL #3 kali ini berhasil membuat kami berbagi ruang dan pengalaman yang rasanya sudah lama tidak saya temukan karena sudah lama tidak bertemu dengan suasana kampus dan komunitasnya.
Malam panggung Sticktiga juga terasa menambah semangat dan antusias grup musik dari luar Rawamangun. Sampai Juli mendatang, akhir pekan di Atelir Ceremai akan diramaikan oleh beragam grup musik atau pun solo dari luar Jakarta Timur.
Dengan kekurangan dan kelebihannya, SESUAI PROTOKOL diharapkan dapat terus berjalan dan berkembang beriringan dengan para pegiatnya di dalam ekosistem kolektif yang sedang bergerak bersamaan untuk kembali pulih dan waras.
Buat kamu-kamu yang sudah lelah dengan segala sesuatu yang online, datang dan mampirlah ke Atelir Ceremai. Di dalam SESUAI PROTOKOL kami punya Duo MC yang sering tipsy tapi insyaallah baik hati dan ramah lingkungan.
