Kedua kalinya, tim kurator Rupa yang dikepalai oleh Nabila Yusufa alias Pacil kembali melakukan program rutin dewan kurator Rupa, Rabu Gambar. Dengan tema yang berbeda kali ini, sehabis Magrib Pacil kembali menodong para ateliran untuk menggambar lewat media yang masih sama, HVS putih polos.
Dengan gaya rambutnya yang khas, sedikit dengan penjelasan dan arahan, Pacil berhasil mengajak orang-orang menggambar Iwan Simatung. Maksudnya, menggambar puisi Iwan Simatupang yang berjudul Ballade Kucing dan Otolet.
Begini puisinya, di jalan ada bangke/ kucing digilas otolet/ darah/ ngeong tak sudah/ selebihnya/ langit biru/ dan manusia buru-buru/ otolet makin rame/ di tuhan punya jalan/ bangke makin rata/ di aspal panas/ penumpang gigimas/ bercanda/ di surga/ kucing pangku supir kaya/ dan cekik/ tuhan.
Menurut Pacil, puisi Iwan Simatupang ini terasa pas dengan keadaan sekarang. “Orang semakin sibuk dan gak peduli dengan sekitar. Kucing itu jadi gambarang masalah yang gak dipeduliin sama orang-orang di Jakarta ini. Masyarakat urban yang sibuk dengan urusan masing-masing” kurang lebih begitu alasan dari Dewan Kurator yang menyukai hewan kucing ini.
Bagi yang sekilas mengenal Iwan Simatupang mungkin hanya mengetahui karya avant garde miliknya, yaitu Ziarah. Namun selain itu Iwan Simatupang juga menuliskan sajak. Misi mengenalkan Iwan Simatupang lewat puisi-puisinya yang menjadi alasan lain bagi Pacil kepada masyarakat Atelir Ceremai lewat program RAGAM #2. Visualisasi puisi nampaknya tidak sesering musikalisasi puisi, RAGAM #2 mencoba mengenalkan cara mengapresiasi karya yang berbeda selain musikalisasi atau dramatisasi.
Puisi tersebut diletakkan di IG story Atelir Ceremai. Jadi, alurnya para ateliran membaca puisi Ballade Kucing dan Otolet, lalu secara bebas menafsirkan isi puisi. Namanya juga puisi yang memiliki kemerdekaan bagi pembacanya dan bersifat multitafsir, jadi tentu akan banyak bermunculan interpretasi berbeda. Setelah itu para ateliran akan memindahkan ke bentuk gambar. Dengan alat gambar yang beragam warna, orang-orang diganggu waktu ‘ngopas’nya dengan menggambar interpretasi puisi Iwan Simatupang tersebut.
Ada yang berat memikirkan makna puisi, ada yang sulit memindahkan interpretasi ke bentuk gambar, ada yang membaca sekilas dan langsung menggambar. Banyak cara yang dilakuka para ateliran untuk mengungkapkan itu.
Langkah misterius apa selanjutnya yang akan dilakukan Pacil, belum ada yang tahu. Yang jelas, ada HVS di hari Rabu selalu.