Malam Minggu memang jeda waktu yang tepat untuk melegakan segala beban di pundak dan kening yang terus-terus mengkerut. Nongkrong dengan segelas teh atau kopi sambil ngobrol-ngobrol menjadi rutinitas yang dicari-cari. Begitu juga setiap ateliran yang datang, sebelum memasuki hari Senin yang ribut, merasakan kopi paste ala Atelir Ceremai sambil mendengarkan diskusi ringan sepertinya menjadi pilihan. Tanggal 16 November 2019, Atelir Ceremai kembali mencatat pertemuan pembaca dan penulis dalam acara Diskusi Buku Keping-keping Kota. Buku kumpulan esai yang diterbitkan Basabasi ini ditulis oleh Udji Kayang. Lalu diulas oleh Array, lelaki dengan logat Sunda yang kental.
Udji Kayang dalam kumpulan esainya, menuliskan tentang perihal kota. Meskipun banyak berlatar Solo, tetapi menurut Array tulisan Udji Kayang terasa relevan dengan Jakarta sebagai kota yang sedang ia tempati saat ini maupun kota yang sebelumnya sudah lama ia tiduri, Bandung. Mungkin begitu juga yang terjadi dengan para ateliran yang mengikuti jalannya diskusi malam itu. Mereka mengakui permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi setelah membaca buku Keping-keping Kota seperti sangat dekat.
Para ateliran yang berasal dari luar Jakarta berbagi cerita mengenai pengalaman mereka selama di Jakarta. Bagi yang belum mengenal macet, tentu sangat risih dan lekas-lekas ingin melepaskan jebakan itu. Bagi yang belum mengenal kota dengan keterburuannya ini, menjadi sesuatu hal yang harus diadaptasi dengan segera. Sebab ritme yang terbentuk sudah lama ini tidak bisa serta-merta menyesuaikan diri dengan manusia yang datang. Seakan-akan manusia baru yang bertandang dan menumpang hidup harus mengerti bahwa diri mereka sendirilah yang mesti mengikuti ritme kota. Setidaknya begitu yang bisa dirangkum dalam obrolan malam itu.
Sesekali obrolan diselingi dengan tawa. Selebihnya acara berjalan langgeng sampai pukul sembilan. Seperti tidak ada habisnya membicarakan kota, karena tiap personal memiliki pengalamannya masing-masing mengenai kota. Tetapi ruangan obrolan Atelir Ceremai bersuhu 16 derajat sejak siang, kerongkongan tentu perlu asupan minimal sebatang rokok. Jadi obrolan harus diselesaikan.