Bulan Oktober yang tidak begitu spesial-spesial amat bagi mereka yang masih jomblo, di hari Minggu yang begitu-begitu saja. Tapi Atelir Ceremai sedang spesial dan tidak begitu-begitu saja. Selalu saja ada kegiatan. Selalu saja ada ruang proses apresiasi dan transfer kreatif yang semakin padat. Sifat yang terbuka ini, mendatangkan banyak kebahagiaan dan uang bukan jadi patokan.
Suasana jalan tak begitu ramai betul. Simpang tiga Atelir Ceremai masih dilalui angkot biru yang ugal-ugalan. Bocah dengan baju yang kebesaran dan kulit berias coklat mengatur lalu lintas, cita-cita menjadi polisi yang belum kesampaian atau berlagak tidak perlu seragam-seragam amat untuk mengatur jalan.
Ladenis yang bertugas hari itu, menyapu dan mengepel lantai marmer putih Atelir Ceremai sambil memandang ke luar dari kaca. Bangku-bangku sudah di susun rapi menjelang acara. Dua kursi pembicara dan satu kursi moderator sudah tertata, satu meja di depan pembicara masih kosong.
Minggu petang sampai malam, Atelir Ceremai dipadati dengan obrolan-obrolan ringan tentang persepakbolaan. Bakar (Bahas Karya) edisi ketiga yang merupakan program dari dewan kurator sastra kali ini berangkat dari buku Mengapa Sebelas Lawan Sebelas dan Serba-serbi Sejarah Sepak Bola Lainnya karya Luciano Wemicke yang diterjemahkan oleh Mahir Pradana dan diterbitkan oleh Penerbit Marjin Kiri.

Ngobrolin apa-apa siapa-siapa dan begini-begitu sepak bola jadi garis besar arah diskusi kali ini. Moderator kali ini, Faisal Fathur, lelaki tampan dan muda, membawa diskusi santai dan mengalir apa adanya. Galeh Pramudianto—penulis, penikmat sepak bola, dan co-founder Penakota.Id—membicarakan awal mula sepak bola, bagaimana kehadiran setiap elemen yang ada dalam persepakbolaan. Lain Estu Ernesto—jurnalis olahraga, pengamat sepak bola dan kreator #punditarrrkam—membahas persepakbolaan lewat praktik di lapangan dengan pengalamannya sebagai jurnalis sepak bola yang telah lama lalu lalang di dunia kulit bundar. Turun ke lapangan menemui dan membicarakan hal-hal yang menurutnya punya nilai berita atau edukasi yang membuatnya masih sampai sekarang mengamati dunia sepak bola, khususnya Indonesia.
Di luar ruang diskusi, satu meja panjang yang penuh dengan buku-buku terbitan Marjin Kiri yang dijual dengan harga diskon. Dua orang yang menjaga begitu khidmat menjaga lapak buku itu sampai akhir acara.